Batik Tidak Hanya Untuk Pakaian

Batik adalah salah satu sumber kreativitas yang sangat luas. Mulai dari perancang busana, pengusaha interior, sampai dengan perajin kecil asesoris atau pernak-pernik hiasan, mereka semua dapat memanfaatkan batik.

Museum batik Pekalongan

Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.

Dunia dan Batik Indonesia

Dunia telah mengakui batik adalah milik Indonesia melalui pengakuan UNESCO pada 2 Oktober 2009

History of Batik

Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII

Power of Batik

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia

Selamatkan Indonesia

Saturday, May 12, 2012

Khasnya Batik Salem Brebes

Indonesia kaya dengan batiknya, sebagai salah satu warisan budaya dunia, batik Indonesia tersebar dari satu daerah ke daerah lainnya. Mulai Aceh sampai Papua, tak terkecuali di pulau Jawa itu sendiri. Sebagai daerah penghasil atau pengerajin batik, dekat dengan daerah aslinya yaitu Pekalongan. Tak terkecuali dengan Brebes. Disana kita mengenal dengan Batik Salem. Berikut petikannya :

Batik Salem atau yang dikenal dengan motif Batik Brebesan adalah salah satu kekayaan asal Kabupaten Brebes, yang telah menjadi komoditas ekonomi warga Desa Bentar dan Bentarsari Kecamatan Salem.
Batik Salem

Batik Brebesan yang saat ini terus untuk bersaing merebut pasar nasional maupun internasional banyak dipengaruhi oleh daerah lain. Balai Besar Kerajinan Batik Jogjakarta mencatat berbagai peperangan yang terjadi pada abad ke 17,18 dan 19, merupakan faktor penyebaran batik ke berbagai daerah. Perang saudara kerajaan Mataram pada tahun 1680 antara Pangeran Puger dan Amangkurat III dan VOC telah memunculkan batik Banyumasan. Tidak hanya itu, Keberadaan Raja Amangkurat I tahun 1646-1677 dari Keraton Kasunanan Surakarta juga telah memengaruhi keberadaan batik Tegalan.

Keberadaan Batik Brebesan muncul sekitar abad ke 19, tepatnya pada tahun 1917 masehi. Menurut sumber yang didapat, keberadaan batik Brebesan atau batik Salem berawal dari kedatangan putri pejabat Pekalongan yang datang ke Salem, Brebes. Pada saat itu, sang putri jatuh cinta kepada pemuda Salem yang akhirnya menikah dan menetap di Desa Bentar.

Dari kejadian tersebut, akhirnya keberadaan batik mulai muncul di Desa Bentar dan akhirnya menyebar ke desa tetangga, seperti Desa Bentarsari dan lainnya. Dari perkembangannya, saat ini batik salem telah munculkan berbagai motif, diantaranya motif kopi pecah, manggar dan ukel dengan ciri khas warna hitam dan putih.

Saat ini batik salem telah menembus pasar nasional. Meski demikian, untuk lebih meningkatkan peminat batik Brebesan dari daerah lain, perlu dilakukan inovasi dalam hal motif batik, antar lain motif cicak dan buaya yang cocok diterapkan pada patik Brebesan. Ini mengacu kepada aspek budaya sekaligus sebagai bentuk pengembangan aspek seni batik.

Batik Salem kini kaya akan motif diantaranya motif kopi pecah, mangga, merak, ukel kangkung, sinar rantai dan lain sebagainya. Harganya pun kini bervariasi ada yang harga kualitas mahal, ada pula harga kualitas murah. Kini satu lagi motif dari batik salem yang menggambarkan produk unggulan kota Brebes ,dalam satu helai kain bergambar bebek dan juga bawang merah, gambar bebek menunjukan penghasil telur asin, gambar bawang merah ,karena merupakan salah satu produk unggulan daerah brebes.

Motif tersebut sengaja diciptakan oleh seorang perajin batik salem dari desa bentar salem.dengan maksud memberi sumbangsih kepada daerah Brebes. Sementara pemakai motif ini adalah PNS di berbagai instansi di wilayah Brebes.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Batik_Salem
Gambar : http://septinarizki.blogspot.com/2012/05/batik-salem-brebes.html

Friday, May 4, 2012

Pameran Batik Tulis Kuno di Puro Pakualaman

TEMPO/Aris Andrianto
TEMPO.CO , Jakarta - Paguyuban Pencinta Batik Indonesia (PPBI) Sekarjagad Yogyakarta untuk pertama kalinya menggelar pameran batik yang menjadi koleksi dari kerabat Puro Pakualaman dan Keraton Yogyakarta.

Dalam pameran bertajuk "Mahakarya Pusaka Kemanusiaan Lisan dan Tak Benda Batik Tradisional Yogyakarta" yang digelar di Puro Pakualaman dari Sabtu-Senin 28-30 April 2012 itu, sedikitnya 100 koleksi batik tulis corak langka dipamerkan.

Dalam pameran itu setidaknya ada empat koleksi GKR Hemas yang dipamerkan, yakni motif Kothak Parang Barong Purnam, Kothak Kawung Naga Raja, Kotak Jatayu, dan Ceplok Purbonegoro Nithik.

Motif Barong, misalnya, memiliki kekhasan corak dengan bentuk parang yang kini telah langka berupa lekuk garis diagonal seperti tanda menyilang membetuk mahkota, yang pada bagian tengahnya terdapat ukiran "HB", sebagai inisial pemilik.

“Motif ini hanya dikenakan oleh Sinuhun Sultan Hamengku Buwono,” kata Ketua PPBI Sekarjagad, Larasati Suliantoro Sulaiman, Sabtu 28 April 2012. Sejenis dengan eksklusivitas pada batik bermotif Naga Raja yang hanya dikenakan seorang raja, selain garis lekuk diagonal, yang tersusun dari bulatan telur-telur, di bagian tengah tiap kotak tergambar seekor naga bermahkota secara presisi.

“Untuk motif ceplok, biasanya dikenakan raja yang bermakna bahwa pemimpin wajib memelihara negara sebaik-baiknya untuk kesejahteraan rakyat,” ujarnya.

Menurut Sulianti, semakin sulit mencari para generasi baru pembatik yang mampu melukis motif-motif seperti jenis parang.

“Motif parang membutuhkan ketekunan luar biasa seorang pembatik, bagaimana menciptakan garis presisi berulang-ulang. Itu tidak mudah,” kata dia.

Motif parang unik juga dipamerkan GBPH Yudhaningrat dalam satu koleksinya dengan batik gembiraloka yang diciptakan KRAy Hastungkoro (istri HB IX). Dalam motif yang mengusung makna "gembira" (senang) dan loka (tempat) itu terdapat gambar setidaknya 32 macam satwa dengan latar gringsing (lekuk pilar diagonal) seperti gajah, merak, naga, dan lainnya.

Selain motif parang, motif yang kian sulit ditemui, kata Sulianti, juga motif semen-semenan.

Seperti batik milik B.R.Ay Gondokusumo dari Puro Pakulaman dengan motif berjudul Semen Gurdo. Pada motif yang didominasi sebaran lambang kadipaten Pakualaman ini detail lekuk guratan di semua bidang tergambar secara merata.

“Membayangkan lekuk kecil yang merata tapi tak saling bertumpuk secara rapi seperti itu butuh keahlian tertentu, sehingga satu sama lain bentuknya tidak timpang dan warnanya saling klop,” kata dia.

Sulianti menuturkan pameran yang dilangsungkan masih dalam rangkaian perayaan Hari Kartini dan se-abad HB IX itu guna mengkampanyekan kembali perlunya perhatian atas keberadaan batik tulis yang menjadi potensi Yogyakarta. PPBI Sekarjagad mencatat saat ini ada tak kurang 5 ribu pembatik tulis yang masih menunggu gerak pemerintah agar batik tulis tetap menggeliat sebagai kekayaan budaya.

“Sebenarnya geraknya sudah baik dengan mewajibkan PNS memakai batik di hari tertentu. Tapi yang dipakai itu batik printing, jadi malah makin menyudutkan pembatik tulis,” kata dia.

Mati surinya batik tulis yang tergeser batik printing juga dikatakan Sulianti karena euforia setelah batik dikukuhkan sebagai budaya dunia. Masyarakat pun berlomba mengenakan batik, tapi asal-asalan dan lupa bahwa yang diakui Unesco hanya batik tulis, cap, dan kombinasi dari keduanya.

PRIBADI WICAKSONO
Sumber : http://www2.tempo.co/read/news/2012/04/29/200400487/Pameran-Batik-Tulis-Kuno-di-Puro-Pakualaman

Keraton Yogyakarta Pamerkan Koleksi Batiknya

Suasana di Keraton Jogja
TEMPO.CO , Yogyakarta - Paguyuban Pencinta Batik Indonesia (PPBI) Sekarjagad Yogyakarta untuk pertama kalinya menggelar pameran batik yang menjadi koleksi dari kerabat Puro Pakaualaman dan Keraton Yogyakarta.

Dalam pameran bertajuk "Mahakarya Pusaka Kemanusiaan Lisan dan Tak Benda Batik Tradisional Yogyakarta" yang digelar di Puro Pakualaman dari Sabtu-Senin 28-30 April 2012 itu sedikitnya 100 koleksi batik tulis corak langka dipamerkan.

Misalnya batik-batik yang dipamerkan milik permaisuri Sri Sultan HB X Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas.

Sejumlah kerabat Pakualaman yang turut memamerkan koleksi batik di antaranya B.R. Ay Atika Suryodilogo yang memamerkan enam koleksi batik tulisnya seperti Sari Makara Uneng, Sari Makara Uneng Latar Mekarsari, Sestra Lukita, Renyep Ceplok Garuda Retno, dan Parang Ceplok Wilaya Kusumajana.

Selain itu, adik tiri Sri Sultan HB X GBPH Prabukusumo pun juga memamerkan sejumlah koleksinya seperti motif batik Peksi Lin da Godhek Sisik. Kerabat Keraton lain yang turut ada juga GBPH Yudhaningrat, G.B.R. Ay Murdokusumo, GBPH Cokroningrat, dan B.R.Ay Hadikusumo. Sedangkan dari Pakualaman juga terdapat B.R.Ay Retnop Martani, B.R.Ay Rukmini, B.R.Ay Indrokusumo, B.R.Ay Jurumartani, dan B.R.Ay Tjondrokusumo.

PRIBADI WICAKSONO

Sumber : http://www2.tempo.co/read/news/2012/04/29/200400475/Keraton-Yogyakarta-Pamerkan-Koleksi-Batiknya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...