Batik Tidak Hanya Untuk Pakaian

Batik adalah salah satu sumber kreativitas yang sangat luas. Mulai dari perancang busana, pengusaha interior, sampai dengan perajin kecil asesoris atau pernak-pernik hiasan, mereka semua dapat memanfaatkan batik.

Museum batik Pekalongan

Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.

Dunia dan Batik Indonesia

Dunia telah mengakui batik adalah milik Indonesia melalui pengakuan UNESCO pada 2 Oktober 2009

History of Batik

Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII

Power of Batik

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia

Selamatkan Indonesia

Tuesday, June 24, 2014

Mengenal Batik Tulis Madura

Batik Madura adalah salah satu bentuk seni budaya, batik tulis Madura banyak diminati dan populer dengan konsumen lokal dan internasional. Dengan bentuk khas dan motif batik tulis Madura memiliki keunikan sendiri untuk konsumen. Gaya dan berbagai unik dan bebas, sifat pribadi produksinya dilakukan di unit, mereka masih mempertahankan produksi tradisional, yang ditulis dan diolah dengan cara tradisional.

Kebanyakan orang mengenal batik tulis Madura dengan karakter yang kuat, yang dicirikan oleh bebas, dengan warna yang berani (merah, kuning, hijau muda). Tapi jarang yang mengetahui bahwa batik Madura mungkin telah lebih dari seribu motif dan paling terkemuka di pasar batik di indonesia maupun mancanegara. Sejarah mencatat produsen batik Madura yang cukup terkenal. Apa yang membuatnya menjadi seperti itu, mungkin karena kedua komoditas tersebut merupakan bagian integral dari tradisi masyarakat mereka sendiri.

Pada dasaranya, Batik dengan berbagai bentuk dan pola, apakah itu batik Madura, batik pekalongan, batik Jawa, batik jogja, solo batik dan batik-batik daerah lain budaya tinggi adalah karya seni yang perlu dipertahankan, dilestarikan, dikembangkan sehingga menjadi aset berharga bangsa ini di mata internasional.

Di Pulau Madura sendiri sudah sejak lama dikenal sejumlah sentra kerajinan batik. Misalnya di Kabupaten Pamekasan, sejak zaman dulu banyak perajin dan pengusaha batik bermukin dan mengembangkan usaha batiknya di wilayah tersebut. Sampai saat ini Kabupaten Pamekasan dikenal sebagai salah satu sentra industri kerajinan Batik di Pulau Madura. Karena, dibandingkan dengan kabupaten-kabupten lain di Pulau Madura, Kabupaten Pamekasan inilah yang paling banyak dihuni para perajin dan pengusaha batik.

Tradisi mengenai kain batik yang tertanam cukup kuat di kalangan masyarakat Madura telah membuat budaya membatik dan memakai kain batik terpelihara dengan baik di kalangan mereka. Bahkan ketika kain batik belum sepopuler seperti dewasa ini, masyarakat Madura tetap memproduksi dan mengenakan pakaian batik, karena batik merupakan bagian dari adat dan budaya mereka sehari-hari. Kini ketika kain batik sudah begitu populer dan memasyarakat, para perajin dan pengusaha batik di Pulau Madura semakin bergairah dalam memprodusi kain batik. Dan salah satunya kayanabatik yang merupakan salah satu produsen batik yang selalu menghadirkan motif-motif terbaru dan batik tulis madura yang mudah di jangkau.

Artikel : id.wikipedia.org

Wednesday, June 11, 2014

Batik Klasik Indonesia Pukau Masyarakat Jerman

Batik Klasik Tradisi Indonesia
KJRI Hamburg menghadiri pembukaan Pameran Batik Indonesia dengan tema “Batik – Alte Tradition aus Indonesien“ atau “Batik – Tradisi Lama dari Indonesia“ di Museum Istana Schönebeck – Bremen (01/05).

Pameran ini diselenggarakan oleh Ikatan Heimat- und Museumsverein für Vegesack und Umgebung dan berlangsung selama 6 minggu, mulai tanggal 1 Mei s/d 15 Juni 2014, dengan menampilkan berbagai  jenis kain batik pilihan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, koleksi pribadi dari 2 orang kolektor berkebangsaan Jerman, yaitu Annegret Haake dan Rudolf Smend.

Annegret Haake adalah seorang pakar batik Indonesia berkebangsaan Jerman yang sejak tahun 1970 menekuni batik Indonesia dan telah menulis beberapa buku, diantaranya “Javanische Batik : Methode – Symbolik - Geschichte“. 

Rudolf Smend adalah seorang kolektor khusus batik yang sejak tahun 1970 mengoleksi berbagai jenis batik Indonesia, terutama batik yang berasal dari Pulau Jawa dan Bali. Pemilik “Galerie Smend” yang berlokasi kota Koeln, Jerman ini telah menulis berbagai buku mengenai Batik Indonesia, salah satunya berjudul : “The Rudolf G. Smend Collection : BATIK – 75 Selected Masterpieces”

Acara pembukaan dihadiri sekitar 70 tamu undangan dari berbagai macam kalangan, termasuk pelaku usaha di bidang industri tekstil, pencinta seni, Friends of Indonesia, dan masyarakat setempat yang menaruh minat terhadap seni batik Indonesia.

Selain diisi dengan penyampaian kata sambutan, acara juga diselingi dengan demo permainan alat musik tradisional Indonesia (bonang, serunai, saluang, dan suling bambu)  yang dibawakan oleh Ingo Stoevesandt, seorang pengajar dan pelaku seni musik asal Bremen.

Annegret Haake dan Rudolf Smend menyampaikan secara singkat mengenai riwayat pesiar (excursion) pertamanya menjelajahi Benua Australia dan Asia hingga akhirnya tiba di Indonesia pada tahun 1970-an, serta awal ketertarikan mereka  terhadap batik Indonesia yang menurut mereka memiliki nilai seni yang sangat tinggi dan daya pikat yang luar biasa.

Ibu Haake menyampaikan bahwa kecintaannya terhadap batik berawal dari perkenalannya dengan keluarga Winotosastro di Yogyakarta. Sebagai pecinta tekstil dirinya jatuh cinta pada batik karena melihat begitu banyak terdapat motif simetris pada batik traditional tersebut.

Menurut Annegret Haake, keindahan batik dapat diihat melalui jiwa atau filosofisnya, yaitu keindahan yang diperoleh karena bentuk motif dan susunan arti lambang ornamen-ornamennya. 

Hal senada juga disampaikan oleh Rudolf Smend bahwa Batik Indonesia merupakan salah satu yang  tertua di dunia dan memiliki ciri khas sangat khusus yang tidak dapat ditiru atau dibandingkan dengan negara lain.  “Batik Indonesia dengan aneka warna dan motifnya sarat dengan makna. Setiap garis dan gambar batik Indonesia memiliki arti dan falsafah, dan pemakaiannya pun ada aturannya”, ujar Smend.

Konsul Jenderal RI - Hamburg, M. Estella Anwar Bey yang diundang untuk membuka pameran Batik tersebut, menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada pihak penyelenggara, Annegret Haake dan Rudolf Smend yang telah berinisiatif menyelenggarakan pameran ini dengan tujuan untuk lebih memperkenalkan batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia kepada masyarakat Jerman, khususnya Bremen.

Konjen RI mengemukakan bahwa sejak mendapatkan pengakuan sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity dari UNESCO Musem Schloss Schönebeck – Bremen pada tanggal 2 Oktober 2009, Batik semakin bergaung di dalam maupun di luar negeri. Berbagai upaya untuk lebih menduniakan batik  terus dilakukan,  termasuk oleh KJRI.

Hamburg yang telah menyelenggarakan beberapa kali pameran Batik, baik dalam skala besar maupun kecil, dan salah satunya juga melibatkan peran aktif Ibu Annegrete Haake. 

“Melalui pameran ini diharapkan pengetahuan dan kecintaan  masyarakat Jerman terhadap batik yang merupakan salah satu warisan budaya Indonesia semakin meningkat,” demikian pungkas Konjen RI menutup sambutannya.

Sekitar 70 jenis kain batik pilihan dari berbagai daerah di Indonesia (Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Lasem, Lemarang, Cirebon, dll)  yang rata-rata diproduksi antara tahun 1930 – 1960 dipajang secari apik di ruang pameran yang berlokasi di lantai pertama Gedung Musem Schloss Schönebeck – Bremen.  

Selain kain batik, juga dipajang berbagai foto tentang kehidupan Keraton Jawa serta sejumlah ornamen berupa puluhan koleksi wayang kulit yang menggambarkan berbagai tokoh Mahabrata dalam budaya pewayangan Jawa, mulai dari Arjuna hingga Yudistira. 

Usai acara pembukaan, para pengunjung dipersilahkan untuk melihat seluruh koleksi kain batik yang dipamerkan dan mengajukan pertanyaan.  Sambil memandu para pengunjung, Ibu Annegret Haake menjelaskan mengenai seluk beluk Batik, mulai dari asal kata batik, cara membuat batik, hingga makna dari setiap gambar batik yang terkait erat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, baik di kalangan rakyat biasa maupun kalangan bangsawan (keratin). Dijelaskan bahwa untuk membuat sehelai kain batik, khususnya batik tulis diperlukan waktu yang tidak singkat. Butuh ketekunan dan kesabaran untuk menyelesaikan satu helai kain batik.

Para pengunjung nampak sangat tertarik dengan penjelasan yang disampaikan oleh Ibu Haake dan menyatakan sangat terpesona atas keindahan corak, keeksotisan, dan kualitas batik Indonesia. Demikian halnya saat meninjau pameran, Konjen RI menyampaikan kekagumannya bukan hanya terhadap koleksi kain batik yang dipamerkan, namun terlebih pada keahlian (expertise) kedua kolektor berkebangsaan asing (Jerman) yang begitu mencintai dan tekun mendalami batik Indonesia yang menjadi kebanggaan kita semua.

Sumber : kemlu.go.id

Batik Import Bahayakan Industri Dalam Negeri

Stand Batik
Indonesia masih kebanjiran batik asal China, dalam 3 bulan pertama tahun 2013 saja terdapat 159 ton batik China yang diimpor. Bagi kalangan dunia usaha, kenyataan itu merupakan tekstil bermotif batik alias bukan batik yang diselundupkan.

Staf Khusus Menteri Perindustrian yang juga pengusaha tekstil dan Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pertesktilan Indonesia (API) Benny Sutrisno mengatakan, kebanyakan batik tersebut masuk dari Pelabuhan di Batam, Kepulauan Riau, lokasi ini tak termasuk ke dalam pelabuhan yang diizinkan untuk importasi tekstil.

"Saya melihatnya itu kebanyakan selundupan. Karena masuknya dari Riau, kalau tekstil itu masuknya hanya boleh ke beberapa pelabuhan dan bandara," kata Benny saat ditemui selepas acara Penutupan Pameran Industri Hijau, di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (10/5/2013).

Menurut Benny, 5 pelabuhan yang saat ini memiliki izin untuk importasi tekstil ialah Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Perak Surabaya, Belawan Medan, Makassar, dan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

"Kalau udaranya Cengkareng (Soetta), Bali (Ngurah Rai), dan Surabaya (Djuanda)," katanya.

Kalaupun ada batik-batik yang masuk ke pasaran Indonesia secara resmi, Benny menegaskan itu bukanlah batik asli, karena batik asli hanyalah buatan Indonesia. Negara-negara lain banyak yang mencoba meniru produk yang telah diakui UNESCO sebagai produk asli Indonesia ini.

"Saya ngelihatnya itu bukan batik. Itu printing. Orang pasti tahu batik. Seharusnya sekarang teman-teman mulai mematenkan batiknya. Dan pemerintah melakukan pengawasan barang beredar," tutup Benny.

Seperti diketahui, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), selama tiga bulan pertama tahun 2013, terdapat 159 ton batik China yang diimpor senilai US$ 4,6 juta atau setara Rp 43,7 miliar.

Sumber : http://finance.detik.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...