Batik Klasik Tradisi Indonesia |
Pameran ini diselenggarakan oleh Ikatan Heimat- und Museumsverein für Vegesack und Umgebung dan berlangsung selama 6 minggu, mulai tanggal 1 Mei s/d 15 Juni 2014, dengan menampilkan berbagai jenis kain batik pilihan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, koleksi pribadi dari 2 orang kolektor berkebangsaan Jerman, yaitu Annegret Haake dan Rudolf Smend.
Annegret Haake adalah seorang pakar batik Indonesia berkebangsaan Jerman yang sejak tahun 1970 menekuni batik Indonesia dan telah menulis beberapa buku, diantaranya “Javanische Batik : Methode – Symbolik - Geschichte“.
Rudolf Smend adalah seorang kolektor khusus batik yang sejak tahun 1970 mengoleksi berbagai jenis batik Indonesia, terutama batik yang berasal dari Pulau Jawa dan Bali. Pemilik “Galerie Smend” yang berlokasi kota Koeln, Jerman ini telah menulis berbagai buku mengenai Batik Indonesia, salah satunya berjudul : “The Rudolf G. Smend Collection : BATIK – 75 Selected Masterpieces”
Acara pembukaan dihadiri sekitar 70 tamu undangan dari berbagai macam kalangan, termasuk pelaku usaha di bidang industri tekstil, pencinta seni, Friends of Indonesia, dan masyarakat setempat yang menaruh minat terhadap seni batik Indonesia.
Selain diisi dengan penyampaian kata sambutan, acara juga diselingi dengan demo permainan alat musik tradisional Indonesia (bonang, serunai, saluang, dan suling bambu) yang dibawakan oleh Ingo Stoevesandt, seorang pengajar dan pelaku seni musik asal Bremen.
Annegret Haake dan Rudolf Smend menyampaikan secara singkat mengenai riwayat pesiar (excursion) pertamanya menjelajahi Benua Australia dan Asia hingga akhirnya tiba di Indonesia pada tahun 1970-an, serta awal ketertarikan mereka terhadap batik Indonesia yang menurut mereka memiliki nilai seni yang sangat tinggi dan daya pikat yang luar biasa.
Ibu Haake menyampaikan bahwa kecintaannya terhadap batik berawal dari perkenalannya dengan keluarga Winotosastro di Yogyakarta. Sebagai pecinta tekstil dirinya jatuh cinta pada batik karena melihat begitu banyak terdapat motif simetris pada batik traditional tersebut.
Menurut Annegret Haake, keindahan batik dapat diihat melalui jiwa atau filosofisnya, yaitu keindahan yang diperoleh karena bentuk motif dan susunan arti lambang ornamen-ornamennya.
Hal senada juga disampaikan oleh Rudolf Smend bahwa Batik Indonesia merupakan salah satu yang tertua di dunia dan memiliki ciri khas sangat khusus yang tidak dapat ditiru atau dibandingkan dengan negara lain. “Batik Indonesia dengan aneka warna dan motifnya sarat dengan makna. Setiap garis dan gambar batik Indonesia memiliki arti dan falsafah, dan pemakaiannya pun ada aturannya”, ujar Smend.
Konsul Jenderal RI - Hamburg, M. Estella Anwar Bey yang diundang untuk membuka pameran Batik tersebut, menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada pihak penyelenggara, Annegret Haake dan Rudolf Smend yang telah berinisiatif menyelenggarakan pameran ini dengan tujuan untuk lebih memperkenalkan batik sebagai salah satu warisan budaya Indonesia kepada masyarakat Jerman, khususnya Bremen.
Konjen RI mengemukakan bahwa sejak mendapatkan pengakuan sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity dari UNESCO Musem Schloss Schönebeck – Bremen pada tanggal 2 Oktober 2009, Batik semakin bergaung di dalam maupun di luar negeri. Berbagai upaya untuk lebih menduniakan batik terus dilakukan, termasuk oleh KJRI.
Hamburg yang telah menyelenggarakan beberapa kali pameran Batik, baik dalam skala besar maupun kecil, dan salah satunya juga melibatkan peran aktif Ibu Annegrete Haake.
“Melalui pameran ini diharapkan pengetahuan dan kecintaan masyarakat Jerman terhadap batik yang merupakan salah satu warisan budaya Indonesia semakin meningkat,” demikian pungkas Konjen RI menutup sambutannya.
Sekitar 70 jenis kain batik pilihan dari berbagai daerah di Indonesia (Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Lasem, Lemarang, Cirebon, dll) yang rata-rata diproduksi antara tahun 1930 – 1960 dipajang secari apik di ruang pameran yang berlokasi di lantai pertama Gedung Musem Schloss Schönebeck – Bremen.
Selain kain batik, juga dipajang berbagai foto tentang kehidupan Keraton Jawa serta sejumlah ornamen berupa puluhan koleksi wayang kulit yang menggambarkan berbagai tokoh Mahabrata dalam budaya pewayangan Jawa, mulai dari Arjuna hingga Yudistira.
Usai acara pembukaan, para pengunjung dipersilahkan untuk melihat seluruh koleksi kain batik yang dipamerkan dan mengajukan pertanyaan. Sambil memandu para pengunjung, Ibu Annegret Haake menjelaskan mengenai seluk beluk Batik, mulai dari asal kata batik, cara membuat batik, hingga makna dari setiap gambar batik yang terkait erat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, baik di kalangan rakyat biasa maupun kalangan bangsawan (keratin). Dijelaskan bahwa untuk membuat sehelai kain batik, khususnya batik tulis diperlukan waktu yang tidak singkat. Butuh ketekunan dan kesabaran untuk menyelesaikan satu helai kain batik.
Para pengunjung nampak sangat tertarik dengan penjelasan yang disampaikan oleh Ibu Haake dan menyatakan sangat terpesona atas keindahan corak, keeksotisan, dan kualitas batik Indonesia. Demikian halnya saat meninjau pameran, Konjen RI menyampaikan kekagumannya bukan hanya terhadap koleksi kain batik yang dipamerkan, namun terlebih pada keahlian (expertise) kedua kolektor berkebangsaan asing (Jerman) yang begitu mencintai dan tekun mendalami batik Indonesia yang menjadi kebanggaan kita semua.
Sumber : kemlu.go.id
0 komentar:
Post a Comment
Kritik dan Sarannya