Ketika kami menjadi mahasiswa baru (Magister Perencanaan Wilayah dan
Kota ITB tahun 2010), yang terpikir tentang cara mendekatkan satu sama
lain adalah dengan foto bersama. Selain sebagai kenang-kenangan, melalui
foto kami jadi mengenal ciri khas masing-masing. Kami berasal dari
beragam suku bangsa, mulai dari Pak verry penyanyi dan Eko dari Manado,
Renna ahli peta yang berasal dari Pontianak, Cindy mojang Sumedang, Saya
sendiri yang merupakan orang Jawa, sampai Uni Rinny yang berasal dari
Padang. Bahkan ada pula Pak Filo, yang berasal dari saudara lama dan
tetangga kita, Timor Leste. Karena keberagaman daerah tersebut, kami
menemukan suatu keunikan diantara kami. Tanpa bermaksud menyeragamkan
karena menurut kami keberagaman itu indah, maka kami bersepakat untuk
menggunakan Batik sebagai dress code. Hal ini sesuai dengan filosofi
Batik, dimana corak dan jenisnya sesuai dengan budaya masing-masing
daerah yang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia.
Dalam sesi pemotretan, semakin terlihat kekompakan kami. Bukan kesamaan yang mewarnainya, tetapi justru perbedaan yang saling mengisi yang menjadi kenangan terindahnya. Ada Putri yang menjadi juru rias kami, Pak Aris yang menjadi juru foto lepas dan penata gaya kami, Viesda-Ishma-Tofan-Pak Chris yang rela menjadikan mobilnya sebagai tumpangan, dan Eko yang membuat kami menunggu karena terakhir datang ke studio. Saat juru foto sudah memberikan aba-aba “Cheese”, jadilah foto ini. Kami, individu yang berbeda, sifat yang berbeda, ekspresi yang berbeda, namun disatukan oleh Batik yang mencerminkan kekayaan pribadi kami. Selamat Hari Batik Nasional.
Photo dan artikel kiriman dari Sri Oka Rachmadita di Jl.Pandugo Baru B-6, Wisma Penjaringan Sari, Surabaya, 60297
http://batikindonesia.com/berbeda-beda-suku-bangsa-tapi-tetap-satu-jua/3862
Dalam sesi pemotretan, semakin terlihat kekompakan kami. Bukan kesamaan yang mewarnainya, tetapi justru perbedaan yang saling mengisi yang menjadi kenangan terindahnya. Ada Putri yang menjadi juru rias kami, Pak Aris yang menjadi juru foto lepas dan penata gaya kami, Viesda-Ishma-Tofan-Pak Chris yang rela menjadikan mobilnya sebagai tumpangan, dan Eko yang membuat kami menunggu karena terakhir datang ke studio. Saat juru foto sudah memberikan aba-aba “Cheese”, jadilah foto ini. Kami, individu yang berbeda, sifat yang berbeda, ekspresi yang berbeda, namun disatukan oleh Batik yang mencerminkan kekayaan pribadi kami. Selamat Hari Batik Nasional.
Photo dan artikel kiriman dari Sri Oka Rachmadita di Jl.Pandugo Baru B-6, Wisma Penjaringan Sari, Surabaya, 60297
http://batikindonesia.com/berbeda-beda-suku-bangsa-tapi-tetap-satu-jua/3862
0 komentar:
Post a Comment
Kritik dan Sarannya